Cerita Menarik di Kembali Pemilihan Samurai Kekaisaran Jepang

Budaya Jepang sudah lama jadi daya magnet global karena adat dan peninggalan yang unik. Salah satunya faktor sangat menarik ialah budaya samurai, khususnya samurai Kekaisaran Jepang. Tetapi, bagaimana sebetulnya seorang dapat dipilih jadi seorang samurai?

Pemilihan seorang samurai Kekaisaran Jepang didasari pada budaya yang kaya dan monumental. Nama samurai yang diputuskan dengan tradisionil mempunyai makna yang spesial dan simbolik. Beberapa nama ini dahulu diberikan ke beberapa individu dari kelompok elit, khususnya kelas Buke atau prajurit.

Kelas Buke mencakup tiga barisan khusus, yakni Samurai, Jizamurai, dan Ronin. Cuma mereka yang lahir dalam keluarga samurai yang mempunyai hak untuk ajukan permintaan gelar Keshogunan, gelar yang disegani. Beberapa samurai mempunyai ikatan yang kuat dengan klan mereka, tetapi kadangkala tanggung-jawab mereka dapat berlawanan dengan kemauan individu.

Pada kondisi seperti ini, seorang samurai Kekaisaran Jepang harus pilih di antara kewajiban yang satu sama yang lainnya. Kadangkala, perselisihan ini dapat usai dengan seppuku atau perlakuan bunuh diri.

Proses pemilihan samurai kerap mengikutsertakan dialog di antara penguasa klan dengan beberapa penganutnya lewat dewan senior dan jenderal. Penguasa sering menunjuk penganut kesukaannya untuk posisi penting atau daerah kekuasaan. Mereka yang dipandang spesial dapat dikasih rangking Hatamoto, sebuah gelar yang disegani.

Pangkat Gokenin, yang disebut jenjang semakin tinggi dari samurai, diisikan oleh anggota klan yang paling senior dan eksper. Kekuatan mereka dalam pertarungan dan seni memanah benar-benar dianggap. Senjata yari, serupa dengan tombak, ialah senjata yang kerap dipakai oleh samurai dalam memburu dan pertarungan jarak jauh.

Selainnya memiliki peranan pada dunia militer, nama samurai mempunyai makna khusus di kehidupan setiap hari. Nama standard samurai asal dari Kanji yang diwarisi dari ayah dan kakek mereka. Nama ini diberi sesudah kelahiran, tapi sejumlah samurai memakai nama saat kecil mereka.

Kadangkala, gelar atau titelnya jadi sisi dari nama seorang samurai. Untuk mereka, mempunyai nama dengan watak Kanji ialah hal yang penting.

Seiring waktu berjalan, sejumlah samurai pilih lajur lain sesudah pensiun dari dunia militer. Sejumlah jadi biksu atau pendeta sesuai kepercayaan dan agama mereka. Tetapi, banyak yang masih tetap terturut pada dunia politik dan militer, dan sejumlah salah satunya demikian punya pengaruh hingga dikasih gelar atau nama unik. Antiknya, sejumlah samurai dapat bawa dua pedang dan mempunyai dua nama yang tidak sama.

Sepanjang Masa Kamakura, banyak klan samurai terturut dalam kompetisi untuk kekuasaan dan dominasi. Ini memacu penebaran agama Buddha di kelompok samurai dan menolong membuat kaidah yang atur sikap mereka. Pada periode ini, samurai diberikan untuk hidup seperti Buddha, yakin jika pekerjaan mereka ialah menuntun penganut mereka ke surga sesudah kematian.

 Samurai Kekaisaran Jepang

Adat Samurai meliputi pekerjaan sebagai tuan samurai. Tuan samurai diputuskan dari barisan samurai dan harus jadi pemilik tanah pada sebuah wilayah. Mereka digolongkan bersama membuat perlindungan diri dari teror, khususnya dari beberapa Daimyo atau penguasa feodal. Barisan seperti ini disebutkan Jizamurai dan jadi ide untuk banyak klan samurai baru.

Walaupun istilah Jizamurai jadi jarang-jarang dipakai selama saat pemerintah Tokugawa, zaman ini menolong warga berpindah dari karier petani jadi samurai. Samurai biasanya dipisah jadi dua kelas, yakni Ronin dan Daimyo. Seorang samurai menjadi Ronin saat tuannya wafat, kehilangan kekuasaan, atau menampiknya.

Tetapi, ketidaksamaan ini bermakna dalam. Ronin dipandang jadi orang yang tidak mempunyai tuan, dan walaupun mereka mempunyai ketrampilan bela diri yang lebih tinggi, mereka kehilangan tutorial religius yang umumnya diberi oleh tuan mereka. Mengakibatkan, banyak Ronin harus cari langkah lain untuk cari nafkah.