Macam Pedang Tentara Kekaisaran Jepang dalam Perang Dunia II
Saat Perang Dunia II meledak, beragam senjata kekinian mulai dipakai oleh militer di penjuru dunia. Beberapa orang berpikiran jika pedang-yang mana senjata tradisionil-tak akan kembali temukan tempat di medan perang yang berbeda jauh.
Tetapi, tidak dengan Kekaisaran Jepang. Mereka malah menghasilkan pedang militer khusus yang seperti uchigatana di masa silam. Pedang ini bisa menjadi standard untuk beberapa perwira Kekaisaran Jepang di Perang Dunia II.
Menurut Jolene Sim, dikutip dari situs
Swordis
, pedang yang dipakai tentara Jepang pada Perang Dunia II tidak sekedar mengopi design pedang tradisionil.
Kebalikannya, “tentara Jepang diberi sejumlah pedang yang unik dengan sedikit ketidaksamaan dari mereka.”
Kebangunan Kembali Adat Lama
Dengan Kekaisaran Jepang yang pelan-pelan ikuti perubahan dunia, masuk era ke-20,mereka coba tinggalkan adat dan pola hidup yang telah dipandang tua. Dalam masalah ini termasuk metode berperang.
Peralihan besar pertama muncul di tengah tahun 1800-an, khususnya dengan disetopnya kelas Samurai sepanjang Masa Meiji (1868-1912).
Di lain sisi, dekrit Haitorei sudah larang seorang untuk bawa pedang di ruang umum. Peraturan ini dengan efektif akhiri saat feodal di Jepang dan mengidentifikasi peralihan negara itu ke arah pemerintah lebih sentra dan kekinian.
Untuk orang Jepang, peralihan ini susah untuk diterima. Bahkan juga ketika itu mereka dilukiskan sebagai “warga feodal terisolasi” yang langkah hidupnya kuno dalam beberapa hal.
Tetapi bagaimana juga, beberapa pimpinan Jepang akan segera mengetahui jika pemakaian pedang tetap mempunyai peranan untuk mereka.
Produksi Pedang Perang Dunia II
Bersamaan dengan mengembangnya kemampuan militer Kekaisaran Jepang, beberapa pintar besi mulai kerepotan karena keinginan produksi yang lebih tinggi. Apalagi mereka tetap memakai metode pembikinan pedang tradisionil.
Untuk menjawab persoal ini, Kekaisaran Jepang melangsungkan penerimaan pintar besi dalam jumlah besar. Kekuatan dan pengetahuan tentang penempaan pedang sudah tidak menjadi persyaratan khusus kembali.
Bahan yang dipakai berlainan dengan resep tradisionil. Maknanya, kualitas pedang ini tambah jelek dibandingkan katana classic yang dibikin di masa silam.
“Pedang terbaik dan paling bernilai dibikin dari tamahagane, sedangkan yang lain dibikin dari baja puddled, tipe baja yang dibikin di Eropa dari akhir 1800-an sampai awalnya 1900-an,” kata Jolene.
Awalannya baja puddled di-import untuk rel kereta api, tetapi selanjutnya dihemat untuk dipakai pada pedang, menjadikan sebagai alternatif tamahagane.
Pedang Perang Dunia II
Sebuah unit Jepang dengan Perwira di tengah-tengah menggenggam pedang Kyu Gunto.Lewat Swordis
Sebuah unit Jepang dengan Perwira di tengah-tengah menggenggam pedang Kyu Gunto.
Tipe pedang yang dipakai tentara Kekaisaran Jepang dalam Perang Dunia II dikenali sebagai K
yu Gunto
dan
Shin gunto
.
Pedang Kyu Gunto umumnya dikatakan sebagai pedang Rusia-Jepang. Ini karena keserupaannya dengan pedang militer Eropa dan Amerika pada periode itu.
Pedang ini cuma diberikan ke beberapa perwira Angkatan Laut, Angkatan Darat, dan Kavaleri. Sejumlah pedang dibikin dengan tradisionil dan yang lain dibikin mesin.
Di tahun 1935, militer Kekaisaran Jepang munculkan pedang anyarnya, yang disebutkan Shin Gunto. Pedang ini adalah pedang militer Jepang yang umum dipakai sepanjang Perang Dunia II.
“Munculnya Shin Gunto disinyalir bertambahnya nasionalisme dan kebanggaan Jepang yang mewajibkan mereka untuk kembali lagi ke akarnya,” kata Jolene.
Ini bermakna jika pedang militer yang baru mempunyai keserupaan yang menonjol dengan pedang Samurai classic, khususnya tachi yang biasa dipakai pada masa Kamakura (1185-1332).
Shin Gunto punya perwira Jepang dengan penutup kulit.Lewat Swordis
Shin Gunto punya perwira Jepang dengan penutup kulit.
Shin Gunto mungkin adalah pedang militer pertama kali yang dibuat dengan umum di Jepang. Karena banyaknya pedang yang diperlukan, metode penempaan tradisionil terang susah dilaksanakan.
Berikut macam tipe Shin Gunto yang dipakai dalam Perang Dunia II:
Shin Gunto Type 94
Dikenalkan di tahun 1934, shin gunto 94 dipakai oleh beberapa perwira Angkatan Darat Kekaisaran Jepang.
Pedang ini mempunyai gagang classic yang dibikin langkah tradisionil-terbuat dari kulit ikan pari dan sutra.
Ada ciri-ciri menonjol yang membandingkan type 94 dengan type lainnya. Jolene menerangkan, “sarungnya umumnya dibuat dari logam dan mempunyai perlindungan susunan kayu, tapi juga dibuat dari kulit untuk pemakaian dalam pertarungan.”
Shin Gunto Type 95
Pedang Type 95 atau pedang NCO, sama dengan namanya, direncanakan untuk dipakai oleh NCO (bintara). Pedang ini dikenalkan di tahun 1935, saat sebelum Perang Dunia II.
Pedang ini mempunyai keserupaan dengan katana shin gunto punya perwira, tapi secara eksklusif direncanakan untuk dibuat dengan umum pada harga yang murah.
Sebagian besar pedang Type 95 yang dibikin pada masa ini mempunyai bilah yang dibikin mesin.
Berlainan dengan gagang type 94, Jolene menerangkan, “gagang pedang ini cuma dibuat dari logam, tembaga, atau aluminium, dan dicat supaya seperti aslinya.”
Shin Gunto Type 96
Pedang shin gunto Type 98 ada sekitaran tahun 1938 sebagai peringkasan dari pedang perwira Angkatan Darat Jepang Type 94.
Awalannya, menurut Jolene, “bedanya tidak jelas dan susah untuk disaksikan, tapi bersamaan berjalannya perang, bedanya menjadi kelihatan terang.”
Di akhir perang, pedang ini menjadi murahan dan sederhana, benar-benar kontras dengan pedang yang dibikin baik dari masa saat sebelum perang.
Pedang Angkatan Laut Kaigunto
Pedang perwira angkatan laut Kaigunto.Lewat Swordis
Pedang perwira angkatan laut Kaigunto.
Kaigunto adalah versus shin gunto yang ditujukan untuk beberapa perwira Angkatan Laut. Pedang ini mempunyai performa dan kualitas yang eksklusif.
“Umumnya pedang ini mempunyai sarung kulit pari yang eksklusif dengan dipernis hitam atau biru tua” kata Jolene.
Banyak dari pedang ini mempunyai bilah baja tahan karat yang dibikin oleh Tenshozan Tanrenjo di Prefektur Kanagawa, sebuah sarana produksi KaiguntÅ dan pedang untuk Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.